Bohemian Rhapsody, Pajak Bertutur, dan Tumbuhnya Optimisme

Oleh: Ahmad Dahlan, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Terlepas dari soal kontroversi sang tokoh, saya suka film ini. Film Bohemian Rhapsody. Film biopic. Tentang perjuangan Freddie Mercury membesarkan grup band Queen.
Semula bernama Smile. Grup band yang terdiri dari empat personil. Biasa manggung di klub-klub kecil. Pengunjungnya hanya puluhan orang. Bahkan grup ini hampir bubar. Vokalisnya mengundurkan diri. Lalu masuklah Farrokh Bulsara, nama asli Freddie Mercury.
Di tangan Freddie, Queen menjadi grup band besar. Melegenda. Hingga saat ini. Dalam setiap aksi panggungnya, Queen selalu melibatkan penonton untuk ikut bernyanyi. Bahkan ikut "memainkan musik", dengan cara menghentakan kaki dan bertepuk tangan mengikuti beat atau irama lagu. Bayangkan saja, seluruh penonton yang berjumlah ribuan melakukan ini, "Jrung.. Jrung.. Prok.. Jrung.. Jrung.. Prok... "
Sambil ikut menyanyikan,
"We will we will rock you..."
Dahsyat sekali.
Dengan begitu, penonton merasa girang. Merasa menjadi bagian dari konser. Suasana menjadi hidup dan semarak. Barangkali karena itu, konser Queen selalu dihadiri jumlah penonton terbanyak. Konser tunggal Queen di Sao Paolo misalnya, merupakan konser berbayar dengan penonton terbanyak sepanjang sejarah yakni 251.000 penonton, hanya untuk menonton penampilan satu band saja.
Film berdurasi lebih dari dua jam itu, diakhiri dengan adegan konser amal bertajuk Live Aid pada tahun 1985. Ada lagu Bohemian Rhapsodhy, Radio Ga Ga, dan lain-lain. Dalam aksi tersebut, Queen juga terpilih sebagai band dengan aksi panggung terbaik di dunia sepanjang masa. Konser ditutup dengan lagu We Are The Champions. Seluruh penonton ikut bernyanyi sambil melambaikan kedua tangan.
Saya menonton film itu sendirian. Pada malam Jumat kemarin. Tapi seperti berada di tengah-tengah ribuan penonton konser. Besok paginya, Jumat tanggal 9 November 2018, saya ikut Pajak Bertutur.
Pajak Bertutur merupakan puncak acara Pekan Inklusi, yaitu kegiatan mengajar kesadaran pajak kepada siswa-siswi dan mahasiswa-mahasiswi yang dilakukan oleh pegawai di setiap unit kerja DJP pada saat yang bersamaan. Serentak di seluruh Indonesia.
Kantor kami, KPP PMA Enam, kebagian mengajar di SMA Negeri 70 Jakarta. Sekolah yang terletak di jalan Bulungan Jakarta Selatan ini, lulusannya banyak yang kemudian jadi artis terkenal. Di antaranya, Annisa Pohan, Bunga Citra Lestari, Nadia Saphira, Jessica Mila dan lain-lain.
Acara berlangsung meriah. Para siswa-siswi sangat antusias mengikuti. Termasuk juga para guru. Yang katanya biasanya jarang banget guru-guru mau hadir dalam kegiatan acara. Tapi Pajak Bertutur kemarin termasuk banyak guru yang menyempatkan waktu di sela-sela kesibukan mengajar.
Interaksi antara pembawa materi dengan para peserta berhasil terbangun. Para siswa responsif menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pemateri. Kuis Kahoot yang berisi pertanyaan seputar perpajakan, sebagian besar dijawab dengan benar. Bahkan beberapa siswa mendapat skor lebih tinggi dari para pegawai yang menjawab kuis tersebut pada saat simulasi sehari sebelumnya. Ketika pemateri bertanya, dari mana sumber pembiayaan pembangunan Indonesia berasal, para siswa menjawab kompak, dari pajak.
Melihat fenomena seperti itu, timbul rasa optimis. Bahwa kesadaran akan pentingnya pajak bagi pembangunan Indonesia akan semakin bertumbuh. Kesadaran bahwa membangun bangsa bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Tapi juga tanggung jawab masyarakat. Seluruh masyarakat bisa ikut berperan. Membangun Indonesia menuju kemandirian. Dengan cara membayar pajak.
Dengan begitu, masyarakat bisa merasa bangga. Ikut terlibat dalam dinamika membangun bangsa. Pembangunan jadi lebih hidup dan semarak. Seperti halnya konser Queen. (*)
*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi di mana penulis bekerja.
- 122 kali dilihat