
Sore itu, seusai Asar, beberapa perindu di KPP Pratama Bantaeng duduk menikmati suguhan kasih Tuhan untuk melakukan tilawah (Rabu, 11/7). Melantunkan rindu yang berdebur di hati, dari ayat-ayat suci yang terucap dari mulut yang mengharap ampunannya, maka telah terbitlah mentari harapan. Sebuah langkah membuka pintu rida Tuhan di masa depan.
Musala Al Muhajirin menjadi saksi rindu itu. Seperti cinta yang terkadang hanya bisa diketahui bila terucap, maka mencintai Al Quran adalah dengan membacanya. Dengan niat yang tulus ikhlas, setiap huruf menjadi pahala, tercucur rahmat yang menyirami dahaga kalbu, dan berkah yang menuntun setiap langkah dalam hidup menjadi mudah.
Karena hamba tak hanya mengingat Penciptanya dalam susah saja, namun dalam setiap kesempatan, baik itu lapang maupun sempit. Kenallah Allah di waktu lapang, maka Tuhan akan mengenal kita di waktu sempit. Maka gerakan bertilawah tak bisa dipandang dalam aspek rutinitas belaka. Ini adalah gerakan mengetuk pintu langit, agar terbukalah pintu berkah atas setiap langkah. Agar kerja Direktorat Jenderal Pajak (DJP) tak semata-mata dipandang dari aspek dunia belaka, namun ini adalah langkah akhirat.
Kegiatan yang diikuti oleh pegawai KPP Pratama Bantaeng ini adalah juga salah satu tapak jejak menyambut Hari Pajak pada tanggal 14 Juli. Hari Pajak dipandang sebagai momentum yang bernas untuk merefleksikan kembali pentingnya pajak bagi bangsa. Karena kelahirannya adalah buah dari patriotisme pendiri bangsa. Ada harapan dan kerinduan di sana, untuk bangsa yang seutuhnya merdeka. Bangsa yang merdeka, adalah bangsa yang kembali ke rida Tuhannya.
Rindu tak pernah salah menyapa. Maka, selayaknya Hari Pajak bukanlah hanya menjadi seremoni belaka. Namun ia harus menjadi mentari yang kembali khitahnya, bahwa sejahtera bukanlah tujuan yang tak bertepi. Pajak adalah dari rakyat dan kembali lagi untuk rakyat.
- 4 kali dilihat