Cinta, Damai, dan Pajak

Oleh: Mochammad Bayu Tjahono, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Ujaran kebencian makin marak di media sosial, banyak ungkapan yang dilontarkan melebihi batas kewajaran. Semua orang mengungkapkan pearasaannya dengan penuh kebencian, hal ini memudahkan hembusan kata seorang provokator untuk masuk ke dalam nurani. Tak terasa bangsa ini menghadapi bencana yang besar, bukan banjir, bukan cuaca ekstrem, bukan gempa, namun perpecahanlah bencana yang mengintai bangsa Indonesia.
Pihak berwajib dan pemerintah sudah berupaya dengan segala cara menghentikan perang kebencian di antara bangsa Indonesia, mulai dari SARA sampai politik. Perang pernyataan maupun perang iklan yang berisi ujaran kebencian banyak beredar di media sosial, mulai dari web, twitter, instagram, sampai dengan whatsapp semua muncul tiap hari.
Tuhan menciptakan manusia sesuai dengan kodratnya, salah satu kodratnya adalah perasaan cinta. Cinta dapat didefinisikan sebagai sebuah emosi dari kasih sayang dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi, cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih, dan kasih sayang. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa cinta adalah sebuah aksi aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, dapat berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, maupun melakukan apapun yang diinginkan objek itu.
Munculnya banyak ujaran kebencian ini timbul dari berkurangnya rasa cinta kepada bangsa Indonesia, berkurangnya perasaan cinta bisa karena egoisme kedaerahan, kesukuan, atau karena kurang meratanya pembangunan di Indonesia. Kecemburuan akan daerah tertentu atau keberhasilan suatu daerah akan menimbulkan rasa benci seseorang.
Pemerintah Indonesia di tahun 2018 menargetkan beberapa penyelesaian pembangunan infrastruktur mulai dari 615 km ruang jalan tol, 8 bandara, 20 pelabuhan (untuk mewujudkan tol laut) dan 2 jalur trans. Penyelesaian pembangunan ini diharap untuk bisa mengurangi rasa benci dan menumbuhkan rasa cinta serta damai. Namun untuk menyelesaikan pembangunan itu peran serta pajak dibutuhkan.
Sebagai penyumbang lebih dari 70% APBN peran serta pajak untuk menumbuhkan rasa cinta kepada tanah air tidak bisa diabaikan. Pertumbuhan penerimaan pajak juga membutuhkan rasa cinta, rasa cinta warga negara akan bangsa, rasa cinta yang diwujudkan dengan pengorbanan berupa harta.
Beberapa kegiatan telah dilakukan Direktorat Jenderal Pajak dalam menumbuhkan rasa cinta, mulai dari Kemenkeu mengajar, pajak bertutur, tax gathering, tax goes to campus sampai dengan pembuatan iklan di media sosial, itu semua bertujuan untuk menumbuhkan rasa cinta warga negara Indonesia ke institusi pajak. Beberapa iklan yang dibuat Direktorat Jenderal Pajak sudah dibuat dengan suasana kekinian dan menunjukan hasil akan pajak yang sudah dibayar. Rasa cinta akan membuat orang melakukan pengorbanan dengan ikhlas tanpa paksaan.
Rasa cinta juga harus ditumbuhkan sejak dini tidak hanya pada pandangan pertama namun tertanam rapi di dalam dada dan menjadi sumber inspirasi. Rasa cinta akan pajak juga merupakan bekal untuk menciptakan kedamaian di bumi pertiwi. Cinta bisa menyebabkan orang membayar pajak dengan senyum yang ikhlas, pajak yang dibayarkan digunakan untuk pemerataan pembangunan sehingga mengurangi rasa benci dan dengki akan tidak meratanya pembangunan. Berkurangnya rasa benci akan menimbulkan kedamaian di dalam hati.
Cinta, damai, dan pajak dapat menjadi lingkaran yang membawa Indonesia sebagai raksasa ekonomi di tahun 2024 nanti. Mari kita tanamkan rasa cinta didalam hati kita saat ini, kita buang semua kebencian, semua prasangka buruk. Mari kita mulai dari kita, keluarga kita, teman-teman kita, dan lingkungan kita, perubahan besar tidak diciptakan langsung besar namun mulai dari kecil hingga membesar. Gerakan cinta akan pajak yang sudah dimulai tahun sebelumnya hendaknya diteruskan dan dikembangkan sehingga rasa cinta yang ada di hati masyarakat akan semakin besar.(*)
*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi dimana penulis bekerja.
- 359 kali dilihat