Menyambut Hari Disabilitas Internasional, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) kembali menggelar Pajak Berisyarat yang telah rutin diadakan setiap tahunnya sejak tahun 2021. Pada penyelenggaraan tahun 2025 ini, DJP menggandeng Asian Development Bank (ADB) sebagai lembaga donor dan juga berkolaborasi dengan Komisi Nasoinal Disabilitas (KND).
Bertempat di Aula Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi (Pusdiklatbangprof) Kementerian Sosial Republik Indonesia di Jalan Margaguna Raya No. 1, Gandaria Selatan, Jakarta Selatan, Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat (P2Humas) bersama dengan kurang lebih 50 peserta wirausaha teman tuli menyemarakkan Workshop Pengembangan Kompetensi Wirausaha Tuli (Rabu, 26/11).
Renadi Budiman, Deputy Country Director ADB, Agus Budiharjo, Kepala Subdirektorat Penyuluhan Perpajakan mewakili Direktur P2Humas, Rachmita Maun Harahap, Komisioner KND, bersama dengan rekan-rekan dari ADB, KND, dan Direktorat P2Humas DJP turut meramaikan kegiatan tersebut.
Dalam sambutannya, Agus menjelaskan bahwa Pajak Berisyarat merupakan program DJP yang berupa edukasi kepada para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas tertentu, baik secara fisik maupun nonfisik.
Workshop ini adalah salah satu rangkaian program Pajak Berisyarat yang merupakan bagian dari program business development services (BDS). Tujuannya adalah untuk membina dan mendorong pengembangan UMKM dengan pembekalan materi perpajakan, pembukuan, pencatatan, financial planning, marketing, dan materi terkait lainnya.
“Tahun ini, 2025, program kita ini, Pajak Berisyarat telah berhasil masuk menjadi finalis Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik yang diselenggarakan oleh Kementerian PANRB untuk kategori Penguatan Kesetaraaan Gender dan Perlindungan Hak Perempuan, Anak, serta Penyandang Disabilitas. Nah, kemudian Menteri Keuangan juga telah memberikan penghargaan Nagara Dana Abyakta bidang inovasi,” imbuh Agus.
ADB menyatakan dukungannya terhadap program penguatan kemampuan berwirausaha teman tuli melalui Pajak Berisyarat.
“At the Asian Development Bank, supporting the economic empowerment of persons with disabilities is a really important part of our work. Ensuring that everyone can access basic skills, financial knowledge, and relevant regulations which helps create a more fair and more accessible business environment,” ungkap Renadi dalam sambutannya.
Mewakili peserta teman tuli, Rachmita juga menyampaikan bahwa teman-teman tuli mempunyai hak untuk memperoleh pekerjaan seperti mengembangkan wirausaha. Namun, mereka memiliki banyak hambatan, terutama komunikasi, literasi keuangan, dan modal.
“Karena itu, kegiatan hari ini penting. Karena pemerintah dan negara hadir untuk menghapus hambatan teman-teman tuli,” tambahnya.
Dibuka dengan Tari Lenggang Nyai, persembahan dari Yusria Agustina Ayunegara, pelajar penyandang down syndrome, peserta kemudian dibekali materi oleh dua narasumber tuli. Pada sesi pertama, materi yang disampaikan adalah strategi pembukaan dan peminjaman modal usaha UMKM oleh Rian Satrio Wibisono. Sementara itu, sesi kedua adalah materi tentang modal usaha bagi enterpreneur tuli dan praktik rencana modal usaha oleh Rachmita.
Seluruh materi disampaikan dalam bahasa isyarat. Meski terdengar sepi karena tanpa bahasa verbal, peserta teman tuli berpartisipasi dengan sungguh-sungguh dalam mengikuti penyampaian materi. Mereka pun mengerjakan dan mengumpulkan penugasan membuat rencana pemasukan dan pengeluaran usaha dengan aktif dan antusias.
Pada sesi akhir, Imaduddin Zauki, penyuluh pajak dari Direktorat P2Humas dibantu oleh Akbar Alfado, juru bahasa isyarat dari KND, menjelaskan dan memandu peserta untuk melakukan aktivasi akun Coretax DJP. Zauki juga menjawab pertanyaan-pertanyaan peserta seputar pajak.
Walau tuli, terlihat semangat peserta dalam mengikuti workshop. Dian Novita dan Syatirah Syahrudin, peserta workshop, menyatakan kepuasannya terhadap acara yang diikuti saat diwawancarai awak media setelah acara selesai.
“Saya sangat puas sekali tentunya, karena acara ini membuat saya bisa belajar,” ungkap Syatirah dalam bahasa isyarat.
Hal senada pun diungkapkan oleh Dian yang juga disampaikan dalam bahasa isyarat, “Saya punya usaha dan selalu rugi banyak ... Saya mencoba mengulang dari awal untuk menghitung, tapi saya bingung. Saya baru pertama kali ikut acara ini … Dengan ada acara ini, bermanfaat, bagus. Saya dapat informasi untuk mengulang dari awal terkait pengeluaran dan pemasukan. Saya jadi semangat.”
Rachmita juga menyatakan kesan baiknya terhadap acara ini dan berpesan kepada teman tuli.
“Pesan untuk teman tuli, terus percaya diri dalam membuka usaha. Itu adalah kontrubusi penting untuk perekonomian bangsa. Jangan pernah ragu untuk menyuarakan kepada masyarakat bahwa kita bisa dan kita punya pendapat … Berani mengambil peluang,” pungkas Rachmita.
| Pewarta: Destiny Wulandari |
| Kontributor Foto: Syafa'at Sidiq Ramadhan, Angga Sukma Dhaniswara |
| Editor: Yacob Yahya |
*)Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.




