“Pada dasarnya semua anak itu cerdas, hanya saja kita belum memberikan hak anak yang tepat dalam pendidikan mereka. Di sinilah pajak berperan penting dalam memenuhi hak-hak anak," kata Kak Seto saat memberikan materi mengenai Pajak untuk Hak Anak pada acara Pajak Bertutur yang merupakan rangkaian Pekan Inklusi yang di laksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak di Auditorium Cakti Buddhi Bakti, Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak (Jumat, 9/11).

Kak Seto menjelaskan bahwa semua anak mempunyai kecerdasan di bidangnya masing-masing. Ada yang pintar dalam matematika, sains, musik, bahasa, seni, dan masih banyak lagi. Namun, sangat disayangkan kurikulum di sekolah saat ini terlalu padat sehingga anak-anak tidak bisa maksimal menyerap pelajaran. Menurut Kak Seto, perlu adanya penyempurnaan sistem pembelajaran di sekolah.

"Kurikulum pendidikan di Indonesia dirasa terlalu padat. Padahal spektrum cerdas itu sebenarnya luas. Ada cerdas angka, cerdas kata, cerdas gambar, cerdas musik, cerdas tubuh, cerdas teman, cerdas diri, dan cerdas alam. Kurikulum pendidikan masih kurang berpihak pada hak anak. Padahal, pendidikan adalah hak anak. Maka, hak kita semua adalah menyiapkan kurikulum yang sesuai hak anak," papar Kak Seto.

"Di butuhkan situasi pembelajaran yang ramah anak sehingga dapat mengurangi tindakan kenakalan remaja seperti bolos sekolah, kecanduan gadget, dan tindakan bullying yang dapat menyebabkan korbannya melakukan tindakan bunuh diri, kecanduan narkoba, serta hal negatif lainnya," tutur Kak Seto.

Kak Seto menjelaskan bahwa pada dasarnya anak-anak senang untuk belajar. Menurutnya, akan lebih efektif jika mereka belajar dengan keadaan gembira. Dalam hal inilah pajak berperan untuk menyejahterakan masyarakat dan sistem pendidikan.

Menurut Kak Seto, pajak sangat penting untuk memenuhi hak anak sebab kontribusi pajak dalam APBN sebesar lebih dari 75% dan sebagian digunakan untuk mendanai pendidikan. Nantinya, pajak-pajak tersebut akan di gunakan untuk pembangunan sarana pendidikan anak, tempat bermain, kesehatan, dan lain sebagainya. Dengan demikian anak-anak bisa di penuhi haknya dan bisa belajar serta bermain dengan senang. "Dari dini kita tegaskan, mari bermimpi untuk masa depan yang indah dengan kampanye pajak untuk kesejahteraan rakyat. Mari kita membayar pajak dengan ikhlas untuk menjadi pahlawan bangsa," pungkas Kak Seto.

Mela, salah satu dosen IPB yang berpartisipasi dalam acara Pajak bertutur mengatakan, "Pendidikan pajak sejak dini sangat penting karena pendapatan terbesar pemerintah itu dari pajak. Jadi, perlu ditanamkan pendidikan pajak agar anak-anak dapat mengetahui fungsi pajak itu sendiri.”

Hal tersebut juga ditambahkan oleh Junita, salah satu guru SMP 58 Jakarta, "Saya mendapatkan materi tentang  pajak sejak SMA. Kalau anak-anak dari SD, SMP, SMA, diberikan pembelajaran tentang pajak, anak bisa mengetahui kemana sebagian uang yang diterima saat mereka dewasa dan saat sudah bekerja nanti," ujarnya.

Ridwan, salah satu siswa dari SMP 58 Jakarta mengatakan, "Saya sangat senang bisa berkesempatan untuk bertemu Ibu Sri Mulyani dan diberikan pemahaman mengenai pajak. Sekarang saya mengetahui bahwa pajak itu digunakan untuk apa dan betapa penting pajak untuk pembangunan di Indonesia," ujarnya. (dn)