Aula Kenawa KPP Pratama Sumbawa Besar pada Kamis, 4 Desember 2025 tampak lebih ramai dari biasanya. Mahasiswa dari Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) hadir mengikuti kegiatan secara luring, sementara sebagian lainnya menyimak jalannya acara melalui siaran daring pada kanal YouTube KPP Pratama Sumbawa Besar. Mereka datang dengan antusias untuk mengetahui bagaimana pajak negara dapat membuka akses pendidikan, termasuk kesempatan memperoleh beasiswa dalam dan luar negeri.
KPP Pratama Sumbawa Besar menyelenggarakan kegiatan Tax Goes to Campus (TGTC) sebagai bentuk edukasi perpajakan serta upaya memperluas pemahaman generasi muda mengenai peran pajak dalam pembangunan. Narasumber-narasumber yang dihadirkan memberikan perspektif masing-masing: M. Lukmanul Hakim, Kepala Divisi Hukum dan Komunikasi LPDP, dan Windhi Yuniawan, Kepala Seksi di KPP Pratama Sumbawa Besar sekaligus alumni penerima beasiswa Australia Awards Scholarship (AAS), dan Rizal Muhaimin sebagai penyuluh KPP Pratama Sumbawa Besar.
Indonesia dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)
Dalam paparannya, M. Lukmanul Hakim membuka wawasan mahasiswa mengenai skema pendanaan pendidikan nasional. Ia menyampaikan bahwa hingga 31 Desember 2024, akumulasi pokok dana abadi di bidang pendidikan telah mencapai Rp154,107 triliun. Dana tersebut merupakan dana abadi yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), di mana pajak menjadi penyumbang terbesar.
“Setiap rupiah pajak yang dibayarkan masyarakat mengalir kembali dalam bentuk layanan publik, termasuk pembiayaan pendidikan melalui Dana Abadi LPDP,” jelas Lukman. Pernyataan tersebut menjadi penegasan bahwa wajib pajak memiliki peran langsung dalam mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Lukman mengungkapkan bahwa Provinsi Nusa Tenggara Barat telah melahirkan 1.100 penerima beasiswa LPDP, di mana 148 di antaranya berasal dari Pulau Sumbawa. Data ini menunjukkan bahwa kesempatan pendidikan tinggi tidak hanya berpusat di kota besar, tetapi juga terbuka bagi mahasiswa dari seluruh daerah, termasuk wilayah terpencil. Ia menekankan pentingnya pemerataan akses. “Tak ada daerah yang terlalu jauh untuk bermimpi. Selama ada kemauan dan persiapan yang baik, peluang beasiswa terbuka bagi siapa saja.”
Selain menjelaskan besaran dana abadi, ia juga merinci tahapan seleksi LPDP yang meliputi seleksi administrasi, tes bakat skolastik, serta seleksi substansi. Komponen pembiayaan yang disediakan LPDP pun lengkap, mulai dari dana pendidikan (SPP, tunjangan buku, dana bantuan penelitian, dsb), dana pendukung (biaya hidup, dana transportasi, dana asuransi kesehatan dsb) hingga dukungan khusus bagi penyandang disabilitas.
Pengalaman Alumni Penerima Beasiswa
Sesi ini menghadirkan sudut pandang personal melalui pengalaman Windhi Yuniawan. Sebagai salah satu pegawai Kementerian Keuangan yang berhasil menempuh studi magister di The University of Melbourne, Windhi membagikan proses panjang yang harus ia lalui.
Dalam pemaparannya, Windhi juga berbagi pengalaman pribadi mengenai hal-hal yang membantunya bertahan dan berkembang selama menempuh studi di luar negeri. Ia menekankan pentingnya membuka diri terhadap budaya baru. Hidup di negara lain membuatnya belajar bahwa setiap tempat memiliki cara hidup, kebiasaan, dan nilai yang berbeda, dan kemampuan untuk menyesuaikan diri menjadi kunci agar proses belajar berjalan lebih nyaman.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya membangun jejaring pertemanan. Di lingkungan internasional, pertemanan bukan hanya soal hubungan sosial, tetapi juga kesempatan untuk bertukar pengetahuan, memperluas sudut pandang, hingga menemukan dukungan ketika menghadapi kesulitan.
Selain itu, Windhi mengajak mahasiswa untuk selalu menjaga pikiran tetap terbuka. Ia mengaku banyak belajar dari cara berpikir orang lain yang berbeda latar belakang, sehingga fleksibilitas dalam memahami perbedaan menjadi nilai penting selama studinya. Ia juga menekankan bahwa mahasiswa tidak boleh ragu untuk bertanya. “Tidak ada yang rugi dengan bertanya,” ujarnya. “Bertanya adalah bagian dari proses belajar.”
Dari semua pengalamannya, satu hal yang paling ia tekankan adalah ketekunan. Ia mengingatkan bahwa proses studi di luar negeri tidak selalu mudah. Ada rasa rindu rumah, tekanan akademik, serta adaptasi lingkungan yang menguras energi. Namun semua itu dapat dilalui selama seseorang tidak mudah menyerah. Ketekunan, menurutnya, adalah fondasi yang membuat perjalanan panjang itu tetap dapat diselesaikan dengan baik.
Windhi menambahkan bahwa peluang beasiswa bukan hanya tentang kepintaran, tetapi juga kesungguhan mempersiapkan diri. Ia mengajak mahasiswa untuk tidak menunda kesempatan. “Kesempatan tidak selalu datang dua kali. Jika bermimpi jangan setengah-setengah. Jika ada peluang, ambil dan siapkan diri sebaik mungkin.”
Ia juga menekankan pentingnya dukungan keluarga. “Restu dan doa orang tua itu penting. Dalam masa-masa sulit, dukungan moral dari keluarga menjadi kekuatan yang tidak tergantikan,” ungkapnya.
Pajak dan Pendidikan
Dari kegiatan tersebut, mahasiswa memperoleh pemahaman yang lebih jelas tentang keterkaitan antara pajak dan akses pendidikan. Pajak yang dibayarkan masyarakat tidak hanya digunakan untuk pembangunan fisik dan layanan dasar, tetapi juga menjadi fondasi investasi jangka panjang untuk pendidikan. “Pajak menyumbang 73% dari sumber pendapatan negara, yaitu 2189,3 Triliun,” ujar Rizal selaku penyuluh KPP Pratama Sumbawa Besar.
Program LPDP, beasiswa afirmasi, pendanaan riset, dan pembiayaan pendidikan lainnya, semuanya bersumber dari dana abadi yang pembentukannya bergantung pada penerimaan pajak. Ketika para penerima beasiswa kembali dan mengabdi, manfaat tersebut kembali kepada masyarakat dalam bentuk peningkatan kualitas layanan publik, penelitian, dan inovasi.
“Kami ingin masyarakat memahami bahwa pajak bukan hanya kewajiban, tetapi juga kontribusi nyata untuk masa depan. Banyak mahasiswa yang belajar di kampus terbaik dunia karena ada Wajib Pajak yang taat,” ujar Lukman dalam penutup sesi.
Generasi Muda dan Harapan yang Tumbuh
Kegiatan ini bukan hanya sosialisasi perpajakan, tetapi juga ruang untuk membuka akses pengetahuan tentang masa depan mereka. Para mahasiswa pulang dengan pemahaman baru: bahwa pajak yang dibayarkan masyarakat telah membuka jalan bagi lahirnya generasi berpendidikan, termasuk dari daerah-daerah yang jauh dari pusat kota.
KPP Pratama Sumbawa Besar berharap kegiatan seperti TGTC dapat menumbuhkan kesadaran bahwa pajak memiliki peran besar dalam membentuk masa depan pendidikan Indonesia. Dengan semakin banyaknya masyarakat yang memahami manfaat pajak, diharapkan tingkat kepatuhan meningkat dan program-program pembangunan dapat terus berjalan. Dari pajak tumbuh kesempatan. Dari pajak tumbuh mimpi. Dan dari pajak pula, kita membangun masa depan bersama.
| Pewarta: Dinni Syalsabila Safira |
| Kontributor Foto: Ageng Rizky Setyawan |
| Editor: Yacob Yahya |
*)Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.
- 85 kali dilihat