Dunia Memandang Indonesia dalam IMF-WBG Annual Meetings 2018

Oleh: Rifky Bagas Nugrahanto, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Sejarah Kontribusi Indonesia Untuk Ikut Berdiplomasi Dengan Dunia
Semangat membangun hubungan bilateral pun terus berlanjut. Di masa-masa pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Inisiatif sebagai tuan rumah dan sebagai ketua penyelenggara KTT AA (Konfrensi Tingkat Tinggi Asia Afrika) merupakan bukti kuat rasa persaudaraan pemimpin dan birokrasi pemerintah Indonesia waktu itu, untuk menjalin persaudaraan dengan negara-negara Asia dan Afrika yang juga dalam fase pasca kemerdekaan.
Pertemuan yang berlangsung antara 18 sampai dengan April 1955 di Gedung Merdeka, Bandung, dalam penyelenggaraannya dibantu negara Myanmar (dahulu Burma) dan negara Sri lanka (dahulu Ceylon). Dua puluh sembilan negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia ikut mengirimkan para wakilnya. Tujuan utama konferensi ini diselenggarakan untuk mempromosikan kerja sama ekonomi dan kebudayaan Asia Afrika serta melawan kolonialisme atau neokolonialisme dari negara-negara imperialis.
Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang sebagai ketidak inginan kekuatan-kekuatan Barat untuk mengkonsultasikan dengan mereka, tentang keputusan-keputusan yang mempengaruhi Asia pada masa Perang Dingin. Terlebih kekhawatiran mereka mengenai ketegangan antara Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika Serikat, yang membuat mereka berkeinginan untuk membentangkan pondasi bagi hubungan yang damai antara mereka, Tiongkok, dan pihak barat. Selain itu, penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh Perancis di Afrika Utara dan keinginan Indonesia untuk mempromosikan hak mereka dalam pertentangan dengan Belanda mengenai Irian Barat.
Sepuluh poin hasil pertemuan ini, kemudian tertuang dalam apa yang disebut “Dasasila Bandung”. Di dalamnya, berisi tentang pernyataan mengenai dukungan kerukunan dan kerja sama dunia. Dan kelanjutan dari konferensi ini membawa kepada terbentuknya Gerakan Non-Blok pada tahun 1961 (sumber data: www.wikipedia.org).
Langkah Indonesia Mempresentasikan Potensi Indonesia
Melihat dari sejarah terdahulu, agresifnya kontribusi negara Indonesia untuk menjalin kerja sama dengan negara-negara di dunia bukanlah kali pertama dan bukan merupakan hal yang baru. Ini sudah menjadi karakter pembentuk jati diri bangsa Indonesia yang peduli akan berkehidupan secara harmonis dengan negara-negara di dunia. Salah satunya penyelenggaraan rapat tahunan keuangan terbesar atau Annual Meetings IMF-WBG tahun 2018 (International Monetary Fund and The World Bank Group) yang diselenggarakan pada bulan Oktober di Nusa Dua Bali. Melihat sejarah sebelumnya, bukan hanya Indonesia yang menjadi tuan rumah, karena dalam lingkup negara-negara ASEAN, Filipina (1976), Thailand (1991), dan Singapura (2006) pernah berkesempatan menjadi tuan rumah untuk kegiatan rapat tahunan ini. Sehingga kesempatan ini, tidak boleh dilewatkan Indonesia begitu saja.
Menjadi tuan rumah kegiatan besar tersebut menandakan adanya kepercayaan dunia terhadap Indonesia, akan stabilnya perekonomian, politik, dan keamanan di Indonesia. Prosedur pemilihan Indonesia sebagai tuan rumah kegiatan besar ini, ditentukan dari hasil pemungutan suara resmi oleh Board of Governors, kedua institusi tersebut. Lebih lanjut melihat sudut pandang dari perwakilan dari IMF, Christine Lagarde, yang merupakan Managing Director IMF berharap bahwa Indonesia dapat mengambil kesempatan dalam momen besar ini, untuk menunjukkan capaian besar Indonesia dalam hal ekonomi dan sosial budaya.
Banyak hal yang menunjukkan Indonesia telah menjadi semakin baik. Terdapat 24 kode industri yang tercatat di dalam Indeks Produksi Industri Besar dan Sedang Menurut Kode Institusi selama kurun waktu tahun 2011 hingga 2018 di triwulan I. Tiga industri dengan indeks produksi teratas antara lain, industri makanan, industri kulit (barang dari kulit alas kaki), dan industri barang galian bukan logam, berada di indeks 152 hingga 167 dengan perbandingan indeks produksi pada tahun 2010 sebesar 100. Sesuai data BPS (Badan Pusat Statistik) terjadi kenaikan rata-rata indeks produksi industri besar dan sedang. Hal itu menunjukkan salah satu indikator terjaganya ekonomi di Indonesia. Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Bagi Indonesia, sektor industri memegang peran kunci sebagai mesin pembangunan. Karena sektor industri memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sektor lain karena kapitalisasi modal yang tertanam sangat besar. Selain itu, kemampuan menyerap tenaga kerja yang besar, juga kemampuan menciptakan nilai tambah (value added creation) dari setiap input atau bahan dasar yang diolah (data dapat dilihat di https://www.bps.go.id/statictable/2014/05/07/1057/indeks-produksi-industri-besar-dan-sedang-menurut-dua-digit-kode-isic--2010-2018--2010-100-.html).
Selain itu, sebagai bahan proyeksi perekonomian di Indonesia, dalam indikator strategis nasional, hingga saat ini tingkat inflasi sampai bulan Juni tahun 2018 sebesar 0,59. Dengan pertumbuhan ekonomi, triwulan I sebesar 5,06 persen. Selain itu, adanya pencapaian yang baik atas menurunnya persentase penduduk miskin pada bulan Maret 2018 dengan nilai persentase 9,82 persen di bawah pencapaian tahun-tahun sebelumnya. Dalam pengukuran tingkat pengangguran terbuka, sampai bulan Februari 2018 sebesar 5,13 persen dan Gini rasio sampai bulan Maret 2018 sebesar 0,389.
Nilai neraca perdagangan pun sampai bulan Juni 2018, menunjukkan sinyal yang positif dengan nilai 1,74 Miliar US $, yang ditopang nilai ekspor Indonesia ke luar negeri sampai bulan Juni 2018 sebesar 12,999.2 juta US $. Hampir selisih sedikit dengan nilai impor sampai bulan Juni 2018 sebesar 11,256 juta US $ (sumber data www.bps.go.id).
Selain itu, data yang dapat diperoleh di website http://www.doingbusiness.org, menunjukan adanya momentum semakin baiknya pengelolaan ekonomi dan pertumbuhan iklim investasi di Indonesia. Peringkat Ease of Doing Bussiness dengan cakupan seluruh negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke 72 dari 190 negara. Dengan tingkat peringkat di regional Asia dan Pasifik di urutan ke 9. Sedangkan untuk peringkat protecting minority investors di antar wilayah Asia dan Pasifik, Indonesia berada di urutan 8, dan di cakupan dunia berada di peringkat ke 43 dari 190 negara. Dengan melihat indikator dari Indeks Ease of Doing Business, yaitu hasil penelitian tentang indeks kemudahan investasi yang didukung regulasi di suatu negara, berdasarkan hasil penelitian yang dikeluarkan World Bank ini, menunjukkan bahwa semakin mudahnya proses birokrasi yang mendukung sepenuhnya investasi masuk ke dalam negeri.
Peran Indonesia Mengatasi Krisis Global dan Mendukung Kerja Sama Dunia
Di dalam usaha penguatan ekonomi ini, Indonesia juga terpengaruh dengan dampak krisis global. Namun, untuk mengantisipasi gangguan ekonomi ini, telah dikeluarkan beberapa paket kebijakan ekonomi yang utama. Paket kebijakan ekonomi itu antara lain, stabilisasi ekonomi makro yang lebih kondusif melalui kebijakan fiskal dan moneter (termasuk pengendalian inflasi), pengendalian harga komoditi pokok seperti pangan, dan BBM. Dalam pemanfaatan sumber daya energi, pemerintah mendorong pemanfaatan biodiesel untuk mengurangi impor BBM dan meningkatkan harga ekspor kelapa sawit. Percepatan pencairan dan pemanfaatan dana desa untuk pembangunan proyek padat karya serta menambah alokasi Rastra (beras sejahtera), merupakan rencana aksi pemerintah untuk mengurangi kesenjangan pembangunan, antara kota dan daerah. Pemerintah pun senantiasa melaksanakan efisiensi anggaran dan mendorong penyerapan sebagai mesin pertumbuhan ekonomi. Selain itu, adanya perlindungan masyarakat berpendapat rendah dan menggerakkan ekonomi rakyat dengan pemberdayaan usaha mikro kecil melalui penyaluran KUR (Kredit Usaha Rakyat), Bank Mikro, dan juga fasilitas kemudahan di bidang perpajakan, serta ekspor impor bagi para UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah).
Terlebih lagi mengenai dukungan ekonomi dari luar, Indonesia menyadari peran serta investor atas dana investasi yang masuk ke dalam negeri, sangatlah besar. Investasi dalam hal infrastruktur yang diyakini pemerintah akan mempercepat pertumbuhan ekonomi hingga ke daerah-daerah yang secara langsung meningkatkan taraf hidup masyarakat. Selain itu bagi investor, ini merupakan prospek bisnis yang baik, karena di sisi moneter, pemerintah menawarkan jaminan keuntungan yang patut dilirik investor, dari dana yang diinvestasikan di Indonesia. Lebih lanjut, pemerintah memberikan fasilitas-fasilitas kemudahan dari sisi fiskal yang didukung dengan paket-paket kebijakan ekonomi yang dicanangkan.
Bukan hanya fokus mempresentasikan potensi ekonomi Indonesia, dalam momentum ini, Indonesia menunjukkan dukungannya terhadap perbaikan pertumbuhan ekonomi dunia. Perlu kita pahami, perekonomian dunia merupakan sistem dari gabungan tiap-tiap perekonomian suatu negara. Tiap-tiap negara sebagai satu kesatuan populasi yang saling membutuhkan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, dibutuhkan komitmen untuk bersama-sama merumuskan metode pembangunan ekonomi yang berkeadilan di setiap wilayah di dunia.
Sehingga, ketika dunia datang dan berkumpul, duduk bersama di negeri khatulistiwa ini, ajakan dari Indonesia, untuk tiap-tiap negara untuk dapat saling membangun perekonomian yang baik yang mendukung keadilan dan kesejahteraan merupakan poin yang sangat diperhatikan. Hal ini sesuai dengan nilai-nilai luhur dalam UUD 1945, yang merupakan wujud nyata tujuan utama dari pemerintah yang wajib diciptakan. Karena Indonesia butuh peran dan dukungan negara-negara lain untuk dapat bersama-sama menciptakan perdamaian di dunia, sehingga harapan tentang keadilan dan kesejahteraan rakyat dapat direalisasikan.(*)
*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi penulis bekerja.
- 141 kali dilihat