Buang Egomu Demi Bangsamu
Oleh: (Edi Darmawan), pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Pajak adalah salah satu komponen penting dalam pembangunan negara. Sayangnya, masih ada sejumlah besar masyarakat Indonesia yang tidak mau, menunda, atau bahkan menghindari kewajiban membayar pajak. Mereka menggunakan berbagai alasan, seperti tidak percaya pada pemerintah, merasa kontribusi mereka dari pekerjaan sudah cukup, atau merasa pendapatannya tidak layak dikenakan pajak. Meskipun demikian, sudah saatnya kita menghilangkan kebanggaan pribadi kita dan memahami bahwa membayar pajak adalah bentuk nyata pengabdian kepada negara kita.
Basis Pembangunan Nasional
Semua yang kita lihat dan lakukan dibangun oleh pajak. Termasuk di antaranya sekolah di mana anak-anak belajar, rumah sakit di mana nyawa terselamatkan, dan infrastruktur digital yang mendukung bisnis online. Layanan publik yang merata dan berkualitas tinggi akan menjadi tantangan bagi pemerintah jika tidak ada kontribusi pajak dari masyarakat.
Menurut data Direktorat Jenderal Pajak, lebih dari 70% pendapatan negara berasal dari pajak. Oleh karena itu, kesadaran pajak yang rendah akan menghambat kemajuan, meningkatkan kesenjangan sosial, dan membahayakan masa depan negara.
Ego Pribadi vs. Kepentingan Bersama
Apakah ada alasan mengapa banyak orang masih enggan membayar pajak? Salah satu kata yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan ini adalah ego.
Ego membuat seseorang merasa bahwa mereka mendapatkan uang dengan susah payah tanpa tanggung jawab untuk membagikannya kepada negara. Ego juga membuat orang skeptis, percaya bahwa pajak hanya akan masuk ke kantong pejabat korup tanpa menghasilkan perubahan apa pun.
Namun, sistem akan runtuh jika semua orang berpendapat demikian. Kita harus menyadari bahwa membayar pajak bukan tentang "saya", tetapi tentang "kita". Ini bukan tentang apa yang dapat diberikan negara kepada saya saat ini, tetapi tentang apa yang akan kita tanam untuk generasi berikutnya.
Buang Ego, Bangun Empati
Membayar pajak adalah bentuk solidaritas sosial. Meskipun kita mungkin tidak mendapatkan keuntungan langsung dari hasil pajak yang kita bayarkan, orang lain di seluruh negeri mungkin bergantung pada layanan publik yang dibiayai dari pajak kita.
Bayangkan jika semua orang benar-benar membayar pajak. Melalui proyek strategis, Indonesia akan memiliki cukup dana untuk memperbaiki pendidikan, meningkatkan layanan kesehatan, membangun transportasi massal, dan menciptakan lapangan kerja. Semua itu dimulai dengan keputusan yang dibuat oleh individu, yaitu membuang keangkuhan dan mulai bertanggung jawab.
Pajak dan Masa Depan Bangsa
Anak-anak yang lahir pada hari ini akan hidup di Indonesia yang kita bentuk. Jika kita ingin negara kita kuat, mandiri, dan adil, kita harus mulai dengan memperkuat fondasi ekonomi melalui pajak. Pembangunan ibu kota negara (IKN), transformasi digital, dan percepatan energi terbarukan adalah program prioritas yang membutuhkan dana. Semua ini akan terwujud jika kesadaran pajak meningkat di masyarakat.
Transparansi dan Reformasi Pajak
Pemerintah juga memiliki tanggung jawab yang besar untuk membangun kepercayaan publik dengan transparansi dan reformasi perpajakan. Reformasi perpajakan, digitalisasi sistem, dan transparansi tentang penggunaan dana negara adalah langkah penting untuk memastikan bahwa pajak benar-benar kembali kepada rakyat.
Selain itu, masyarakat harus diberi ruang untuk berpartisipasi, mengamati, dan memberikan umpan balik. Kesuksesan sistem pajak yang adil dan berkelanjutan bergantung pada kerja sama antara wajib pajak dan pemerintah.
Mari Bersama Membangun Indonesia
Membayar pajak adalah tindakan patriotik yang sering terlupakan. Kita harus berhenti mencari alasan untuk tidak membayar pajak dan mulai bertanya, "Apa yang bisa saya berikan untuk Indonesia sekarang?" Jangan biarkan kepentingan pribadi mengalahkan kepentingan umum. Buang egomu, bayar pajakmu, dan mari kita bekerja sama untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi negara kita. Pajak Tumbuh, Indonesia Tangguh!
*)Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.
Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.
- 75 kali dilihat