Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) selalu menjadi salah satu fokus Direktorat Jenderal Pajak untuk menumbuhkan pergerakan positif ekonomi masyarakat. Ini karena UMKM menyumbang lebih dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan mampu menyediakan lapangan pekerjaan.
Menariknya, 97 persen tenaga kerja berhasil terserap berkat peran UMKM. Untuk itu, DJP menilai penguatan UMKM menjadi salah satu prioritas dalam agenda pembangunan ekonomi nasional. Demikianlah yang diungkapkan Agus Budiharjo, Kepala Subdirektorat Penyuluhan Perpajakan, pada sambutannya dalam giat Business Development Services (BDS) di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP) Jawa Barat III, Kota Bogor (Kamis, 16/10).
BDS terselenggara berkat kerja sama Direktorat Jenderal Pajak dengan Asian Development Bank (ADB) dan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ).
Perempuan Mandiri, UMKM Berdikari untuk Negara menjadi tema yang diusung dalam seminar pengembangan usaha ini. DJP ingin menitikberatkan isu kesetaraan gender melalui pendekatan Pengarusutamaan Gender (PUG). Faktanya, menurut data Badan Pusat Statistika dan Kementerian Koperasi dan UKM, sebanyak 64 persen UMKM di Indonesia dikelola oleh perempuan. Angka yang cukup besar jika dibandingkan realitas hambatan di lapangan. Kaum perempuan menghadapi keterbatasan akses terhadap pelatihan, modal, dan jaringan bisnis yang membatasi berkembang secara profesional.
Dalam rangkaian event yang berlangsung selama dua hari, 16 s.d. 17 Oktober 2025, DJP mengajak puluhan UMKM untuk “naik kelas” dengan menyimak pelatihan intensif, talkshow menggandeng narasumber-narasumber pilihan, dan kemeriahan bazar UMKM.
Menuju UMKM Naik Kelas
Di hadapan 50 peserta seminar yang terdiri dari para perempuan dan penyandang disabilitas, Kepala Kanwil DJP Jawa Barat III, Romadhaniah, memberikan sambutan pembuka. Dirinya, mewakili DJP, menghaturkan apresiasi kepada seluruh peserta yang hadir.
“Akan ada narasumber-narasumber keren yang nanti akan Bapak Ibu saksikan. Silakan serap ilmunya, perdalam pengetahuan untuk mengembangkan usaha. Kita di sini bersama-sama akan jadi UMKM yang naik kelas. Bukan UMKM yang bisa, kita harus luar biasa,” ungkapnya.
Wanita kelahiran Kota Palembang itu sedikit bercerita tentang alasan pemilihan Kota Bogor sebagai lokasi kegiatan ini. Kota hujan ini menjadi ekosistem UMKM yang beragam dengan dominasi pelaku perempuan. Ini sejalan dengan tema tahun ini dan adanya kebutuhan untuk meningkatkan akses informasi terkait pengembangan usaha, ekspor, dan perpajakan.
Hari pertama, DJP menyuguhkan sesi pelatihan intensif mencakup materi-materi krusial, seperti Sertifikasi Halal oleh Muhammad Faiz Alamsyah, Lc., dari Badan Penyelenggaran Jaminan Produk Halal (BPJPH); Digital Marketing oleh Dirga Isma, CEO Uraga Digital Agency; Penyusunan Laporan Keuangan Sederhana dan Edukasi Pajak oleh Santi dan Yuliana Wisudawati, Penyuluh Pajak Kanwil DJP Jawa Barat III; dan UMKM Siap Ekspor yang dibawakan Max Franky Karel Rori, Kepala Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean (KPPBC TMP) A.
Di lain tempat, puluhan pelaku usaha menjajakan produk-produk unggulannya dalam Bazar UMKM yang berlokasi di Lapangan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Bogor. Berbagai jenis produk, seperti panganan tradisional, kudapan ringan, minuman, kerajinan tangan, hingga produk fashion ditawarkan dengan harga bersaing. Bazar ini terbuka bagi masyarakat umum yang ingin meramaikan.
Salah satu peserta bazar, Lena, owner Nyai Kito, ikut ambil bagian dengan menyajikan masakan khas Palembang, seperti mi celor, pempek palembang, dan sebagainya. Ia mengaku senang bazar UMKM ini diadakan. Dalam dua hari, ia mengungkapkan berhasil meraup jutaan rupiah omzet.
“Saya sangat senang sekali menjadi UMKM binaan DJP. Usaha yang saya tekuni sejak sebelum pandemi Covid-19 ini terbantu sekali dengan dukungan dari DJP. Saya bisa mendapat pelatihan-pelatihan usaha secara gratis. Saya bisa ikut bazar gratis. Ini media promosi bagi produk saya. Biar tambah gede usaha saya. Pastinya biar naik kelas!” ucapnya.
Membangun Usaha dalam Keterbatasan dan Hobi
Di hari kedua, para peserta UMKM dan masyarakat Kota Bogor menyaksikan talkshow interaktif yang menghadirkan Desiree Tarigan, pemilik Mamitoko, dan Putri Santoso, co-founder Kopi Tuli. Bersama moderator Rima Budiarti, pegawai DJP, baik Desi dan Putri membagikan pengalamannya merintis usaha.
Putri Santoso, seorang tuli sekaligus ibu satu anak ini, telah merintis usaha kedai kopinya dengan memberdayakan para teman tuli—sebutan untuk para penyandang tuli. Ide kedai kopi muncul ketika dua sahabatnya—juga seorang teman tuli—mengajaknya untuk membuka sebuah usaha baru, tapi bukan kedai seperti kebanyakan yang ada pada saat itu. Memberdayakan para teman tuli membuat usaha Putri ini bukan semata-mata berorientasi pada bisnis, melainkan juga panggilan sosial.
Putri mengakui memang mencari lapangan kerja bagi teman tuli bukanlah hal yang mudah. Teman tuli masih dipandang belum mampu untuk bekerja. Ia meyakinkan bahwa teman tuli sama saja dengan teman dengar. “Bedanya hanya cara berkomunikasinya saja. Banyak teman tuli yang cakap dan punya etos kerja yang tinggi. Tak kalah dengan teman dengar,” ungkapnya.
Ia berharap pemerintah lebih memperhatikan penyandang disabilitas. Pemerintah harus mampu melihat kebutuhan spesifik untuk penyandang disabilitas. Putri sendiri punya misi sosial, bertekad untuk terus merangkul dan mengembangkan UMKM dari kalangan teman tuli.
“Harus semangat, pastikan niatnya, dan jangan menyerah. Tetaplah berkarya!” pungkasnya.
Berbeda dengan Desiree Tarigan, owner Mamitoko, ia mengawali usahanya karena kegemarannya mengisi kegiatan sebagai seorang ibu rumah tangga, salah satunya adalah memasak. Wanita yang akrab dipanggil Mami ini dikenal masyarakat karena hobi membagikan video masak memasaknya di media sosial.
Dari media sosial, Desiree mengaku ia semakin mantab untuk membuka bisnis kulinernya berupa toko kue itu. “Awalnya online, tetapi kami akhirnya membuka beberapa gerai,” ucapnya.
Berangkat dari pengalamannya, Desiree mengajak para perempuan, khususnya ibu rumah tangga, untuk berani membuka peruntungan di bidang bisnis. Menurutnya, untuk memulai bisnis, alangkah baiknya jika itu berawal dari hobi yang kita gemari.
“Lalu bagaimana tipnya agar bisa tumbuh kepercayaan diri itu? Kita harus percaya pada diri kita sendiri. Kita harus yakin bahwasanya yang berawal dari hobi sangat dikembangkan menjadi sebuah bisnis. Itu bisa saja berawal dari sesuatu yang sederhana. Yang penting kita yakin dan harus menghargai apa yang kita perbuat (selama prosesnya),” tutur Desiree.
Tepat pukul 11.30 WIB, keduanya masing-masing mengakhiri perjumpaan interaktif ini.
Rosmauli, Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat, turut hadir melengkapi rangkaian acara ini. Ia mengungkapan bahwa pemerintah sangat mendukung dan mendorong UMKM untuk maju, untuk naik kelas. Kegiatan rutin seperti BDS ini mendorong UMKM untuk berkembang dan bekerja sama dengan pihak lainnya.
Ia mengucapkan terima kasih kepada para mitra penyelenggara. “Kami berharap melalui berbagai kegiatan bisa meningkatkan UMKM, yang mana adalah tulang punggung pembangunan perekonomian Indonesia. Kegiatan ini juga adalah bentuk nyata dukungan untuk perempuan untuk maju dan semakin berdaya,” pesannya.
Kegiatan pengembangan usaha seperti ini menjadi cara DJP agar dapat menjadi katalisator bagi pertumbuhan UMKM. Tidak hanya menciptakan UMKM yang hanya berdaya saing, tetapi juga berkeadilan gender dan pastinya taat pajak. Penguatan peran perempuan dalam membangun ekonomi dirasa perlu untuk diwujudkan dengan pendekatan yang inklusif dan responsif gender.
Pewarta: Mohamad Ari Purnomo Aji |
Kontributor Foto: Hanny Hardy |
Editor: Yacob Yahya |
*)Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.
- 11 views