Reformasi Berawal dari Diri Sendiri

Oleh: Devitasari Ratna Septi Aningtiyas, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak
“Allahu Akbar Allahu Akbar”, suara azan subuh memecah sunyi dini hari. Jodi pun segera terbangun dan bersiap menuju ke masjid di dekat rumah kos yang ditempatinya selama dua tahun ini. Dinginnya air wudu tak membuat semangatnya luntur. Selepas sholat berjamaah, kembalilah ia ke kamarnya.
“Masih jam setengan enam, jogging bentar masih bisa”, kata Jodi sambil melihat jam di dinding kamarnya. Sejurus kemudian ia pun telah berlari mengelilingi 2 blok di sekitar rumah kosnya.
Keringat bercucuran membasahi tubuhnya. Sembari mengeringkan badan, ia pun menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Selama di perantauan ini, Jodi rajin memasak. Selain lebih hemat, juga lebih sehat. Walaupun sering juga makan di luar jika sedang berkumpul dengan teman-temannya.
Setelah sarapan dan bersiap-siap, sekitar pukul 07.00 WITA Jodi berangkat ke kantor. Karena hanya 500 m jaraknya, Jodi sering berjalan kaki, begitu halnya pagi itu. Hanya butuh waktu sekitar 10 menit hingga ia sampai ke kantor. “Mas Jodi jangan lupa absen”, sapa Haris, salah satu petugas keamanan di kantornya. “Tidak lupa kok mas. Terima kasih sudah diingatkan," balas Jodi.
"Thankyou," balas mesin absen di pukul 07.11 WITA sesaat setelah Jodi menempelkan jempolnya. Jodi pun tak lupa menoleh ke arah kaca yang telah disediakan di samping ruangannya. Tampak baju dan sepatunya telah rapi. Kartu tanda pengenal pegawai pun telah dipasangnya sejak dari rumah kos. Ia pun mulai duduk di kursinya.
Ketika pukul 07.30 WITA, ia pun menuju ke ruang sekretariat. Hari ini merupakan jadwalnya untuk memimpin doa pagi dan memberikan 1 informasi/One Day One Information.
Hari-hari Jodi di kantor ia habiskan dengan mengerjakan beberapa pekerjaan rutinnya sebagai pelaksana di Seksi Pelayanan. Meskipun tidak berhubungan langsung dengan wajib pajak, ia selalu menjaga sikap dan integritasnya.
Memasuki waktu istirahat, Jodi makan siang bersama teman-temannya di kantor. Melalui salah satu aplikasi perpesanan, mereka telah memesan makan siang. Mereka jarang makan siang di luar kantor karena akan membutuhkan waktu yang lama dan pastinya akan melebihi waktu istirahat yang diberikan. Pernah sekali ketika ada teman yang sedang merayakan ulang tahun mengajak untuk makan siang bersama, namun Jodi menyarankan untuk makan sore saja setelah jam pulang kerja. Dan sarannya diterima dengan hangat oleh temannya.
“Pak El lagi ke mana ya?” tanya Jodi dalam teleponnya. “Ah Jod, nanti kalau ada SIDAK bilang ke KI-nya aku lagi ada urusan di kantin ya," balas Pak El yang merupakan salah satu pegawai di kantornya. "Sebaiknya Bapak segera kembali. Urusan di luar pekerjaan dapat diselesaikan nanti, Pak," kata Jodi. "Oh iya sih Jod, benar juga katamu. Aku balik kalau gitu," balas Pak El. Jodi senantiasa mengingatkan semua teman-temannya untuk bekerja sesuai aturan dan tidak melanggar nilai-nilai yang telah ditetapkan.
Tiba pukul 17.00 WITA, satu per satu teman-temannya beranjak pulang, Setelah membereskan berkas-berkas di atas meja dan mematikan komputer, ia pun turut melangkah pergi. Tak lupa ia melakukan presensi.
Berjalanlah ia menuju rumah kosnya. Semburat jingga menyinari wajahnya. Perasaan syukur dan haru karena satu hari pengabdian kepada negeri ini telah terlewati. Getaran ponsel di saku celananya membuatnya berhenti sejenak. "Nak, bagaimana kerjanya hari ini ? Ibu pertiwi sudah tersenyum, kan?"(*)
*) Tulisan adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan instansi dimana penulis bekerja
- 103 views