Oleh: Erika Septina Fadila, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak

'Ibu, Ayah, apa kabar? Saya rindu. Semoga Ibu dan Ayah selalu sehat.''

''Nak, maafkan Ayah belum bisa membimbingmu secara langsung.''

''Nak, meskipun Ibu jauh, doa Ibu tetap bersamamu..''

Sudah berapa kali menahan diri dari rindu yang datang di kala merenung seorang diri di tanah rantau?

Sudah berapa lama menahan rindu demi menjalankan tugas mulia demi negara?

Apalah daya jarak mengahalangi temu.

Hanya lantunan do'a yang mampu tersampaikan demi kebahagiaan yang tercinta nan jauh di sana.

Sebagai pegawai Direktorat Jenderal Pajak, tentunya Long Distance Relationship (LDR) bukan hal yang asing lagi. Menahan rindu untuk temu dengan orang-orang tercinta tentunya sudah bukan hal asing lagi; Ibu; Ayah; Anak; sanak saudara. Beruntung teknologi yang semakin hari semakin berkembang dengan canggihnya, mampu mengurangi rindu yang sedang hebat-hebatnya. Voice call, video call, voice note, saling kirim gambar maupun video, saling mengucap rindu via chatting yang sudah beragam jenis medianya. Namun dengan ketersediaan media tersebut, tetaplah tidak mengobati beratnya rindu. Obat rindu paling mujarab hanya satu; temu.

Sesaat kemarin, kantor kami KPP Pratama Samarinda, mengadakan kunjungan ke Panti Sosial, Panti Asuhan, dan Panti Jompo yang dikelola oleh Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Timur untuk berbagi kebahagiaan dalam rangka peringatan Hari Pajak tanggal 14 Juli 2018. Panti tersebut dihuni oleh para orang tua yang tidak memiliki keluarga dan hunian, anak-anak yatim, piatu, maupun yatim-piatu, dan banyak lagi orang-orang yang kurang beruntung untuk mendapat kasih sayang dari keluarga kandung mereka. Pedih rasanya melihat dan memikirkan bahwa mereka hidup tanpa dikelilingi keluarga tercinta.

Sejenak terbesit dalam renungan, "Saya seharusnya merasa bersyukur, hanya terpisah jarak saja saya sudah mengeluh". Yang membuat terkagum adalah, mereka tetap tersenyum ikhlas dengan kebahagiaan sederhana yang ada disekiling mereka. Hati ini berbisik,"Saya yang hidup masih dikelilingi keluarga walaupun terpisah jarak, merasa seperti orang yang paling sedih di dunia karena menahan rindu''. 

Dari hari itu saya tersadar, bukan seharusnya rindu ada untuk dikeluhkan. Bukan semestinya menyalahkan jarak yang menghalangi temu. Bukan salah rindu, bukan salah jarak.

Rindu tercipta supaya kita menghargai sebuah pertemuan. Rindu ada agar kita lebih menghargai setiap momen yang tercipta bersama orang-orang tercinta di sekitar kita.

Kebahagiaan bukan hanya sekedar apa yang kamu rasakan, tapi pandanglah sekeliling, sesekali lihatlah ke bawah. Bukankah kamu termasuk orang yang beruntung? Hanya menahan rindu yang terhalang jarak. Di luar sana banyak yang bahkan merasakan rindu tak bertuan, anak-anak yang lahir tanpa mengenal kedua orang tuanya, orang-orang tua yang mengharapkan memiliki keluarga untuk menemani masa tuanya.

Memang rindu itu berat, tapi seberat apapun rindu, rasa syukurmu tetaplah yang terpenting.

Dan yang lebih penting lagi bukan sekedar mengobati rindu, tetapi membahagiakan mereka yang kita rindukan.

Tetap semangat dalam menghimpun penerimaan negara, Kawan. Yakinlah apa yang kamu korbankan; waktu, rindu, temu, bukanlah hal yang sia-sia, karena kita bekerja demi mereka yang membutuhkannya juga, dan demi kesejahteraan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selamat Hari Pajak! (*)

*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi penulis bekerja.