Oleh: Fransiskus Xaverius Herry Setiawan, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak

Begitu gembiranya kami ketika gawai berbunyi dan suara di seberang memberitahu bahwa Kecamatan Muara Samu siap mengundang dan menggelar Dialog Perpajakan dan Edukasi Bagi Bendahara Desa. Kabar ini begitu kami tunggu-tunggu ketika 8 dari 10 kecamatan yang ada di Kabupaten Paser, wilayah KP2KP Tanah Grogot, sudah melaksanakan Acara Dialog Perpajakan dan Edukasi dengan Bendahara Desanya masing-masing. Tinggal Kecamatan Muara Samu dan Tanjung Harapan yang belum. Dan ketika kesempatan itu kini hadir di depan mata, inilah saatnya beraksi.

Dari hasil komunikasi dan koordinasi dengan pihak kecamatan waktu sudah ditetapkan, tempat sudah disiapkan dan para peserta sudah diundang untuk hadir. Pagi itu Selasa, 13 Januari 2018 kami siapkan segalanya, tim penyuluh, kendaraan ranger 4WD, infocus, goodie bag dengan perangkat pendukungnya seperti pamflet, alat tulis, dan suvenir. Terpaksa kami gunakan kendaraan 4WD karena dari cerita penduduk di sana jalannya masih berupa jalan tanah yang sulit dilewati.

Setelah melewati jalanan beraspal sampai daerah Lolo kami berusaha memintas jalan dengan melewati jalan perusahaan PT. KJA, sebuah perusahaan pertambangan batubara terbesar di Kabupaten Paser. Begitu turun dari jalan perusahaan yang beraspal mulailah jalan-jalan tanah yang keras kami tapaki. Ketika melewati Desa Rantau Bintungan kami sudah dihadang Pak Sekcam yang mau menumpang mobil kami karena kijang kotaknya sudah pesimis bisa melewati tanjakan dan jalanan yang licin menuju kantor kecamatan. Luamayanlah kami mendapatkan pemandu sekaligus teman ngobrol di jalan.

Ehhh tidak berapa lama di sebuah turunan jalan sudah ada sepasang Bapak Ibu yang berdiri di pinggir jalan ditemani seorang pemuda dengan motornya. Ternyata kendaraan pickup mereka mogok di tengah tanjakan, tidak kuat naik. Setelah sling tali dipasang ditariklah pickup tersebut dengan ranger KP2KP. Dengan berjalan mundur ranger sanggup menarik pick-up sampai ke atas tanjakan dan selamat. Di sela-sela evakuasi kami berbincang dengan Ibu pemilik pick-up. Mereka berasal dari Desa Batu Kajang, sebuah desa di Kecamatan Batu Sopang, tetangga Kecamatan Muara Samu. Mereka baru dari kebun beberapa hari yang lalu dan ketika kemarin sore mau pulang pick-up-nya tidak kuat menanjak.

“Terpaksa Bapak menginap di sini semalam Pak menunggui pick-up sampai bantuan datang,” ucap Ibu tersebut. Deg. Baru kali ini saya mendengar langsung masih ada orang yang menginap di jalan hanya untuk mengunjungi kebun. Kalau mendengar cerita lewat mulut dan baca koran sih lumayan sering di Kalimantan Timur. Tapi mendengar dari orangnya langsung baru kami alami pagi ini. "Untung ada Bapak pagi ini menolong kami, kalau ngak ada bisa sampai malam dan menginap lagi kami disini." Puji Tuhan perjalanan kami bermanfaat pagi ini bagi orang lain sehingga tidak perlu menginap lagi.

Perjalanan berlanjut. Di turunan berikutnya kami masih menemui ada pickup pengangkut sawit yang terjebak macet. Pak Sekcam melarang kami mengevakuasi pick-up karena muatannya banyak dan berat. Beliau juga menyalahkan pemilik pick-up karena tidak memperhitungkan muatan sawitnya. Gak papa Pak sebentar lagi jalanannya kering, bisa lewat kok pickupnya. Tenang kami melanjutkan perjalanan tanpa menolong pick-up tersebut.

Akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke tempat penyuluhan. Penyuluhan berjalan dengan lancar dan sukses walaupun kami harus mengundurkan jadwal sampai satu jam dari waktu yang telah ditetapkan. Kami bisa memaklumi karena pesertanya datang dari tempat-tempat yang jauh dan jalannya lebih sulit dan berlumpur dibanding kami.

Setelah selesai tugas penyuluhan meluncurlah kami ke Desa Tanjung Pinang. Desa Tanjung Pinang merupakan salah satu desa di ujung Kecamatan Muara Samu, berbatasan dengan Kabupaten Tabalong. Desa ini memiliki luas wilayah 210,08 Km2 dengan jumlah penduduk sekitar 400 orang yang terdiri dari satu dusun dan dua RT.

Di sini kami menemukan sebuah pura, tempat beribadah pemeluk agama Hindu. Namanya Pura Wana Dharma yang didirikan pada tanggal 7 Pebruari 2001. Saat ini sedang dilaksanakan pembangunan pagar pura menggunakan Alokasi Dana Desa Tahun 2017 sebesar Rp86.973.049,05. Alokasi Dana Desa bersumber dari APBN di mana hampir 75% nya berasal dari pajak. Nah, pajak yang dibayarkan oleh warga negara Indonesia ternyata juga digunakan untuk pembangunan tempat ibadah sehingga pemeluk agamanya dapat lebih tekun beribadah dan menjalankan kewajiban agamanya dengan nyaman.

Dari beberapa desa yang kami lewati, jalan-jalan di desa dan gang-gang juga sudah dilakukan semenisasi dan betonisasi menggunakan Alokasi Dana Desa maupun Dana Desa. Demikian juga penduduk yang tidak mampu dan rumahnya tidak layak huni juga dilakukan pemugaran dan perbaikan menggunakan Alokasi Dana Desa. Bahkan beberapa desa sudah memasang perangkat Wifi untuk memfasilitasi warganya agar selalu update dengan informasi terkini. Pajak berusaha menyentuh rakyat Indonesia yang berada di tempat yang jauh dari perkotaan dan memerlukan sarana dan prasana.

Itulah sedikit cerita mengenai perjalanan kami ke sebuah tempat penyuluhan di Kecamatan Muara Samu Kabupaten Paser. Satu yang membuat kami tetap bersemangat adalah nantinya dengan penyuluhan-penyuluhan ini semakin banyak bendahara desa yang sadar dan mengerti akan kewajiban perpajakannya. Membayar pajak sesuai dengan ketentuan. Dananya masuk ke APBN. Menjadi sumber pembiayaan untuk membangun infrastruktur terutama jalan-jalan di Kabupaten Paser ini. Sehingga tidak ada lagi kendaraan yang harus tertahan di jalan, bahkan pemiliknya harus menginap.

Kami ingin melihat lagi senyum menghiasi wajah para petani sawit yang dengan gembira bisa ke kebun, merawat dan memanen sawitnya karena jalanannya sudah mulus.
Kami ingin melihat para petani sawit berbondong-bondong ke kantor pos atau bank untuk ikut menyumbang bagi pembangunan jalan dan jembatan.
Kami ingin melihat perusahaan sawit juga berkembang dan sukses. Memberikan sumbangsih pada negara melalui pembayaran PPh dan PPN.
Kami ingin melihat ketika perusahaan sawit sukses mereka berlomba-lomba memberikan dana CSR untuk membantu penduduk sekitar.

Itulah harapan kami para Pejuang Kaki Langit di ujung-ujung pulau dan perbatasan dan pelosok Nusantara demi Direktorat Jenderal Pajak dan NKRI tercinta.(*)

*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi di mana penulis bekerja.